SEJARAH


Mgr. Leo Sukoto, SJ
Ide perlunya memiliki sebuah rumah retret SVD di kawasan puncak berawal dari pembicaraan Uskup Agung Jakarta, alm. Mgr. Leo Sukoto, SJ dengan Provinsial SVD Jawa pada waktu itu, P. Pankratius Mariatma, SVD. Dengan dorongan tersebut, dimulailah upaya mencari tanah di kawasan Puncak.Ada banyak tanah yang ditawarkan, tapi untuk mendapat tempat yang cocok agak sulit. Pertama-tama, tempat yang ditawarkan berlokasi di Cipanas. Lalu ditawarkan juga tempat di dekat Puncak Hotel. Sementara itu ditawarkan juga tempat di dekat Megamendung, lainnya lagi sebuah tempat di sebuah tanjakan di pinggir jalan raya. Dalam upaya mencari lokasi rumah retret SVD itu terlibat banyak orang. Yang menunjukkan tempat yang akhirnya dipilih dan kemudian menjadi rumah Retret Tugu Wacana adalah Pak Davey Djukardi. P. Paulus Boli, SVD memberitahukan bahwa Pak Davey mengenal pemilik lokasi. Meski demikian waktu itu belum juga diambil keputusan tempat mana akan dipilih.                                         

P. Heinrich Heekeren, SVD
Pada waktu itu, Superior General, P. Heinrich Heekeren, SVD berkunjung ke Indonesia. Beliau diajak melihat beberapa tempat yang diincar untuk dibeli itu. Sebuah team yang terdiri dari Pater Heekeren, SVD, Pater Mariatma, SVD, P. Alex Dato, SVD dan P. Franz Schaaf, SVD berangkat ke kawasan Puncak untuk meninjau tempat-tempat yang akan dibeli untuk rumah retret idaman itu.

Sesudah melihat beberapa tempat, sampailah rombongan ini ke Tugu. Waktu itu hanya ada satu rumah yang ada di sepanjang jalan menuju lokasi. Jalan masuk pun cukup sulit, jembatan masih darurat dan tanpa reiling (bagian di kiri-kanan). Lokasi itu semula seperti di tengah hutan. Di lokasi yang dituju, awalnya hanya ada satu rumah dari kayu yang dipakai sebagai ruang tidur dan ruang kaca yang besar serta rumah untuk pembantu. Sebagai tambahan pada ruang kaca juga ada ruangan untuk tidur. Setelah melihat semua itu, P. Heekeren, SVD mengatakan bahwa inilah tempat yang cocok untuk rumah retret. Beliau mempersilahkan upaya pembelian lokasi tersebut.

Kemudian keluarga Hollinger dihubungi. Karena ada surat perjanjian antara Hollinger dengan keluarga Mochtar Lubis, maka bapak Mochtar Lubis dan istrinya pun dihubungi. Notaris juga dihubungi untuk mengatur jual-beli rumah dan tanah sesuai dengan yang berlaku di Indonesia. Akhirnya setelah semua dilalui, transaksi jual-beli lokasi rumah retret SVD pun terjadi di Hotel Borobudur Jakarta.

Aktivitas Rumah Retret SVD pada awalnya 
Walaupun bangunan rumah yang ada di Tugu Wacana sangat sederhana dan belum dapat difungsikan semestinya, tetapi rumah itu mulai dipakai. Salah satu kelompok pertama yang memanfaatkan tempat itu adalah sebuah kelompok umat Jerman yang dipimpin seorang Pendeta Protestan. Kemudian ada pula kelompok Sr. Tobia. Kondisi penginapan masih sangat sederhana, memakai ruangan bersamasama karena kamar-kamar belum ada. Selanjutnya dilakukan upaya pembangunan baru. Kesulitan utama adalah memperoleh ijin bangunan dari pemerintah Kabupaten Bogor. Demi kepentingan pengurusan ijin itu, dibuatlah rencana pembangunan beserta gambarnya. Semuanya harus diatur. Perlu dicari pemborong yang akan membangun tempat itu sekaligus diupayakan juga pengawasan terhadap pembangunan itu.

Akhirnya ijin pembangunan dikeluarkan pemerintah setempat pada tanggal 26 September 1989. Berbekal surat ijin itu, dimulailah pembangunan rumah retret Tugu Wacana. Yang berjasa dalam memperjuangkan surat ijin pembangunan adalah Pak Davey Djukardi. Proses pembangunan rumah retret itu pada awalnya juga menyertakan Ibu Siska Djukardi dan arsitek Ibu Dewi Djukardi. Kesulitan pada proses pembangunan itu juga dihadapi, diantaranya adalah pengangkutan semua bahan bangunan yang harus melewati jalan sempit dan kecil, mengarungi jembatan yang jelek. Sementara pembangunan berlangsung, beberapa kelompok tetap memanfaatkan untuk kursus-kursus dan retret.

Pembangunan rumah retret Tugu Wacana menjadi pembuka jalan bagi yang lain juga. Setelah itu banyak orang lain lagi membeli tanah dan mulai membangun rumah-rumah di pinggir jalan mulai dari lokasi KFC (Kentucky Fried Chicken) sampai di sekitar tempat kita. Mereka menjadi tetangga-tetangga kita. Salah satu tetangga kita adalah P. Adolf Heuken, SJ yang membeli tanah dan membangun satu rumah kayu persis di sebelah kita. Tetapi sekarang sudah dijual lagi.

Perkembangan tiga tahun terakhir…

Sejak tahun 2010 Pimpinan SVD Jawa memikirkan secara serius pemanfaatan dan pengembangan rumah retret Tugu Wacana. Seiring dengan kebutuhan umat Jakarta dan sekitarnya maka dibangun biara yang selanjutnya dinamai “Pondok Agustinus”, rumah kayu atau semacam cottage, gua Maria dan camping ground. rumah retret juga ditunjuk untuk bertanggungjawab terhadap penanganannya.
  

Adapun semakin dikenalnya rumah retret Tugu Wacana semakin banyak kelompok yang tertarik untuk memanfaatkannya. Namun tetap terbatas penggunaannya untuk kegiatan rohani seperti dan retret,(bukan meeting atau pelatihan umum) baik itu kelompok umat, biarawan biarawati, keluarga, orang muda maupun untuk kegiatan dari umat kristen lainnya. Dengan demikian kita – SVD juga mengambil bagian dalam karya pelayanan umat di bidang pembinaan iman.